DVD Recordable: Dahulu dan Kini
Dual Layer
Ternyata dengan berkembangnya kebutuhan, industri film mengeluarkan video yang berdurasi panjang, sehingga membutuhkan beberapa keping DVD. Standar DVD Forum untuk DVD-9 yang memiliki kapasitas hampir dua kali lipat DVD belum dapat diimplementasikan pada keping DVD-R maupun DVD+R. Pada tahun 2003, Philips dari DVD+RW Alliance mendemonstrasikan untuk pertama kali sebuah keping yang dapat menulis data hingga 8 GB, mendahului standar dari DVD Forum untuk sebuah keping recordable. DVD+RW Alliance menyebut keping ini dengan nama DVD Double Layer. Setelah itu, DVD Forum mengeluarkan standar serupa yang dinamakan dengan DVD-R Dual Layer. Bedakan penamaan kedua standar tersebut.
Hingga saat ini, keping DVD DL ini tidak sepopuler keping DVD single layer. Hal ini disebabkan karena harga sebuah DVD DL cenderung melebihi harga empat buah DVD DL. Pada iklim Indonesia, pemakaian DVD DL ini tidak sebanyak pemakaian DVD single layer. Sebagai contoh saja, sebuah DVD DL bisa kita dapatkan dengan harga di atas Rp. 20000. Sedangkan Kita bisa mendapatkan sebuah DVD Single Layer dengan harga di bawah Rp. 3000. Jaraknya cukup jauh bukan?
VS Blu-ray
Saat ini, Blu-ray dikukuhkan sebagai pengganti DVD. Pasalnya, peperangan antara Blu-ray dengan HD DVD keluaran Toshiba untuk menggantikan tempat DVD dimenangkan oleh Blu-ray setelah industri film lebih memilih untuk mendukung format temuan Sony ini. Akan tetapi apakah Blu-ray sudah dapat menggantikan DVD?
Pernyataan ini sepertinya masih akan dijawab tidak pada masa sekarang. Setidaknya, hal ini berlaku di Indonesia. Alasannya bisa dijabarkan sebagai berikut:
- Harga. Harga bermain sangat penting pada pasar Indonesia. Bayangkan saja, sebuah keping blu-ray recordable bisa didapat dengan harga lebih dari Rp. 100.000 dengan kapasitas 22.5 GB. Hal ini digabungkan dengan penulisan pada sebuah drive Blu-ray writer yang masih di atas Rp. 1 juta.
- Distribusi reader. Blu-ray player dan Blu-ray ROM saat ini belum diadaptasi oleh banyak pengguna di dunia, khususnya di Indonesia.
Komunitas
Tanpa bermaksud mendukung pembajakan, sekarang ini banyak sekali komunitas yang sering berkumpul dan saling bertukar video. Video yang ditukar biasanya di convert dalam bentuk file kompresi, seperti AVI, MP4 atau MKV. Sampai saat ini, bagi yang tidak memiliki cukup dana untuk membeli sebuah hard disk eksternal, pasti akan menggunakan DVD sebagai media penyimpanan file video tersebut. Selain karena file tersebut dapat diputar kembali pada DVD-ROM, beberapa DVD Player juga sudah mendukung pemutaran video dengan file-file terkompres tersebut. Di sinilah popularitas DVD masih bertahan.
Kesimpulan
Walaupun sudah menjadi sebuah standar lama, DVD belum bisa ditumbangkan sebagai media optic yang banyak dipakai orang. Tentunya sebagian besar pembaca Jagatmedia saat ini lebih sering menggunakan DVD dibandingkan dengan CD dan Bluray bukan? Entah itu sebagai pemutar video, bermain game, maupun untuk menyimpan data-data penting.
Blu-ray memang sangat menjanjikan. Kapasitasnya yang besar membuatnya dapat menyimpan data lebih banyak lagi. Akan tetapi, karena harganya yang masih mahal membuatnya sulit diadaptasi oleh pengguna rumahan. Untuk pasar Indonesia, pada saat Blu-ray menyamai harga DVD, pada saat itu pula orang akan berpindah hati ke Blu-ray.
















