RIM dan Uni Emirat Mencapai Kata Sepakat

RIM sebagai perusahaan yang memproduksi handset global Blackberry dan mengelola jaringannya menghadapi tantangan yang cukup berat beberapa bulan yang lalu. Banyak negara mulai merasakan bahwa proses pengiriman data dan pesan melalui layanan email dan messenger dari Blackberry memberikan potensi ancaman bagi keamanan negara yang bersangkutan. Mengapa? Karena setiap data dan pesan tersebut terenkripsi dengan baik, terkirim dan masuk langsung melalui server RIM di Canada tanpa bisa dipantau oleh pemerintah negaranya. Salah satu negara yang berkeberatan ini adalah Uni Emirat Arab (UAE) . UAE sendiri menginginkan agar RIM membangun server di negaranya supaya negara bisa memantau secara langsung pesan yang keluar masuk melalui handset Blackberry, sementara RIM bersikukuh untuk tidak melakukannya.
Setelah melalui proses negosiasi yang cukup alot dan tidak menemukan titik temu, UAE menyatakan boikot terhadap semua layanan data yang diselenggarakan oleh RIM. Dengan ancaman itu, maka semua pengguna Blackberry di UAE tidak akan dapat melakukan semua fungsi Blackberry sama sekali, misalnya Blackberry Messenger. Rencananya boikot itu akan mulai dilakukan pada tanggal 11 Oktober nanti.
Namun tampaknya boikot itu tidak akan terjadi. Karena pada tanggal 8 Oktober 2010 ini, RIM dan UAE melakukan negosisasi ulang dan akhirnya berhasil mencapai kata sepakat. Tidak akan ada boikot dan pemblokiran jaringan RIM di UAE karena Telecommunications Regulatory Authority (TRA) UAE sudah mengkonfirmasikan bahwa RIM sudah menaati peraturan dengan jaringan telekomunikasi di UAE.
Tidak ada keterangan yang lebih jelas mengenai solusi apa yang ditawarkan oleh RIM, apakah menyerah dan membuat server luar negeri pertamanya di UAE atau mungkin memberikan akses keamanan kepada UAE untuk memantau pergerakan data nya di server RIM. Satu hal yang pasti, UAE berhasil menekan RIM untuk melakukannya. Pengguna handset Blackberry di UAE sendiri berjumlah sekitar 500 ribu orang, sebuah jumlah yang akan cukup membuat RIM mengalami kerugian jika sebuah rencana boikot dilakukan.
Bisakah Indonesia melakukannya jika memang enkripsi data dari RIM sudah mulai terasa membahayakan? Kenapa tidak? Pengguna layanan Blackberry di Indonesia mencapai angka lebih dari 1 juta pengguna, sebuah angka yang besar untuk RIM. Yang dibutuhkan Indonesia hanya keberanian untuk menekan.
Source : Guardian













