Buyer’s Guide Kamera Hybrid
Samsung

Samsung mulai terjun ke dunia hybrid di Juni 2010 dengan Samsung NX10. Kamera ini adalah tipe kamera yang lebih “serius” dengan viewfinder elektronik dan built-in flash. Samsung menggunakan ukuran sensor yang sama dengan yang digunakan pada DSLRnya. Sensor format APS-C ini lebih besar ketimbang sensor pada kamera MFT. NX10 juga dilengkapi dengan komponen elektronik terbaik, seperti layar AMOLED dan viewfinder resolusi 1 juta dot. Performa autofokusnya termasuk yang paling cepat.

September lalu, Samsung meluncurkan kamera hybrid keduanya, yaitu NX100. Kamera ini adalah tipe kamera yang lebih fun, dengan garis-garis melengkung yang menarik. Performa NX100 dapat dibilang sama dengan NX10, dengan feature yang tak jauh berbeda. Perbedaan terletak hanya pada built-in flash dan viewfinder karena batasan ukuran NX100 yang lebih kecil. Karena itu, untuk NX100 tersedia aksesoris flash dan viewfinder elektronik yang sama mungilnya dengan kameranya. NX100 juga dipasarkan dengan lensa khusus yang mendukung i-Function. i-Function memungkinkan Anda mengatur parameter pemotretan dengan tombol yang terletak pada lensa dan tak tersedia pada NX10.
Kesimpulan: Dua kamera hybrid Samsung sebenarnya sangat bagus, tetapi cukup membingungkan karena perbedaan kompatibilitas lensa dan aksesoris. Jika Anda tak berencana mengembangkan sistem kamera Anda, silahkan saja pertimbangkan salah satu dari kedua kamera bagus ini. Namun, bagi kebanyakan calon pengguna, keterbatasan pilihan lensa mungkin akan mengurungkan niat membeli.
Sony

Sony NEX adalah kamera hybrid paling tipis dan paling kecil saat ini. Padahal, kamera ini memiliki sensor dan layar yang besar, salah satu yang paling besar. Sony memasarkan dua varian, yaitu NEX-3 dan NEX-5, tetapi kami tak mengerti alasannya. Kedua kamera ini begitu serupa bentuk dan featurenya sehingga kadang petugas Sony Center pun kesulitan membedakannya. Kedua kamera dilengkapi sensor APS-C 14 megapixel dan layar flip-out 920.000 dot. Ukuran keduanya sama kecil dan sama-sama tak memiliki built-in flash maupun viewfinder. Perbedaannya, NEX-5 dapat merekam video Full HD (1920×1080 pixel) sementara NEX-3 hanya 1280×720 pixel. Kedua kamera dipasarkan berikut sebuah flash mini yang dapat dipasangkan pada electronic shoe.

Kesimpulan: Sebagai kamera hybrid tertipis, Sony NEX memiliki daya tarik tersendiri. Performa autofokusnya tidak secepat Panasonic atau Samsung, tetapi masih baik. Kualitas foto dan video keduanya sangat baik, mungkin yang terbaik di kelas ini. Tetapi, jika Anda tertarik, Anda perlu mengingat bahwa NEX tidak dilengkapi hotshoe konvensional sehingga pilihan akesorisnya sangat terbatas. Selain itu, harganya juga masih termasuk tinggi.
Best Mirrorless Interchangeable Lens Camera 2010: Panasonic Lumix GF2

Small is Beautiful, kata pepatah. Tapi menurut Panasonic, Small is Powerful. Lumix GF2 lebih kecil dari pendahulunya, tetapi memiliki lebih banyak feature. Layar sentuhnya sangat memudahkan penggunaan dan tersedia viewfinder untuk pemotretan yang lebih personal. Namun, jika konfigurasi diubah, GF2 dapat menjadi sebuah alat yang luar biasa. Pasangkan flash dan kamera ini menjadi kamera yang bagus. Pasangkan mic, maka GF2 berubah menjadi camcorder Full HD yang juara. Apa lagi yang kurang?












