Corsair Vengeance 8GB DDR3-1866C9: Performa Tinggi nan Terjangkau
Platform Pengujian
Berikut ini adalah setup sistem yang kami gunakan:
- Prosesor : Intel Core i7 2600K @ 3800Mhz ( 38 x 100)
- Motherboard : Gigabyte P67A-UD4-B3, F2 Official BIOS
- Memori : Corsair Vengeance CMZ8GX3M2A1866C9 2x4GB Kit
- Graphic Card : MSI GTX460 Hawk Talon Attack 1GB GDDR5
- Storage : Hitachi 500GB SATA
- Power Supply : Antec True Power Quattro 1200W OC version
- Heatsink : Thermalright Venomous-X
- Monitor : LG 24”, 1920×1080
- OS : Windows 7 Ultimate 64-bit
- Driver VGA : nVIDIA Forceware WHQL 266.58
Dalam semua pengujian RAM di JagatReview, kami mematikan semua feature power saving pada CPU dan juga OS. Hal ini diambil untuk menjaga hasil kami agar tetap konstan. SSD yang kami gunakan juga selalu melewati proses Secure Erase sebelum proses instalasi OS untuk memastikan performanya tetap maksimal dan tidak mengganggu pengujian.
Prosesor Intel Core i7-2600K di-fixed pada kecepatan 3800Mhz. Kecepatan ini adalah batas atas frekuensi turbo boost default yang ada pada prosesor i7 2600K. Dengan begini, hasil yang diperoleh di lab JagatReview tidak terlalu berbeda jauh dengan hasil user biasa yang menjalankan sistemnya pada keadaan default.
Sebagian besar voltage yang kami gunakan pada pengujian dikonfigurasikan dalam voltage AUTO atau default, kecuali :
- VCore (CPU Voltage): di-set ke 1.225V , dengan Loadline Calibration Enabled
- VccIO (CPU I/O Voltage) : AUTO(1.076V) atau di-set ke 1.15V atau 1.2V jika dibutuhkan
- VDimm (DRAM Voltage) : Jika ada XMP, kami menggunakan VDimm dari XMP, jika tidak ada maka kami akan menggunakan voltage yang tertera pada spesifikasi produk.
Pada akhirnya, kami juga menyertakan performa RAM DDR3-1333 CL9-9-9-24 1T 2x2GB sebagai baseline performance untuk perbandingan. Keputusan ini diambil karena sebagian besar user PC menggunakan konfigurasi tersebut pada keadaan default.
XMP(Xtreme Memory Profile)
Dulu, untuk mendapatkan kinerja yang optimal, para user harus melakukan setting RAM mereka secara manual. Setting dilakukan mulai dari frekuensi kerja RAM, latency (timing), dan juga voltage. Namun, dengan makin berkembangnya teknologi, para produsen hardware membuat proses setting ini menjadi lebih mudah dengan memperkenalkan teknologi XMP (Xtreme Memory Profile). Dengan menggunakan platform dan memori yang telah mendukung XMP, user dapat menjalankan memori mereka dengan speed, timing dan voltage yang ditentukan produsen, Mereka hanya perlu dengan hanya melakukan load konfigurasi XMP ini di BIOS motherboard yang digunakan.
Sebagai salah satu vendor memori yang merintis penggunaan XMP, tidak aneh bila Corsair memberikan profile XMP pada Vengeance Series-nya. RAM ini memiliki sebuah profil XMP. Berikut penjabaran XMP dari RAM ini secara mendetail , seperti yang dirinci oleh aplikasi CPU-Z dan AIDA64:

Pengujian Performa: Benchmark Sintetis
Synthetic Benchmark, atau benchmark sintetis adalah program yang diciptakan secara khusus untuk menguji komponen PC pada aspek-aspek tertentu. Namun perlu diingat, benchmark sintetis hanyalah simulasi dari aplikasi/program yang kita jalankan pada kehidupan sehari-hari, sehingga bisa saja ada perbedaan performa antara benchmark sintetik dengan aplikasi real-life.
Benchmark sintetis yang kami gunakan untuk menguji memori adalah AIDA64 Memory Benchmark versi 1.50.1200 dan SuperPI XS 1.5, 32M calculation.
AIDA64
Aplikasi AIDA64 (dahulu bernama Everest) sangat populer di kalangan tester/reviewer untuk menguji performa memori mereka. AIDA64 populer karena aplikasi tersebut memang sangat dipengaruhi performa subsistem memori. Subsistem memori yang dimaksud antara lain frekuensi kerja memori, frekuensi memory controller pada sistem, dan juga latency dari memori yang digunakan.



SuperPI
SuperPI adalah satu dari beberapa benchmark favorit para overclocker. Benchmark single-thread ini selain dipengaruhi oleh clockspeed CPU yang digunakan, juga dipengaruhi oleh kecepatan sub-sistem memori. Sebagai contoh, sistem yang memiliki CPU clockspeed sama bisa memiliki hasil yang berbeda jika frekuensi dan/atau latency memorinya berbeda.

Pengujian Performa: Real-life application
Nilai tinggi pada benchmark sintetis tidak cukup untuk menunjukkan performa dari sebuah memori. Oleh karena itu, kami sudah menyiapkan beberapa custom benchmark dengan menggunakan aplikasi yang biasa Anda temui sehari-hari. Memang, sebagian dari aplikasi ini banyak dipengaruhi oleh performa CPU dan juga storage. Oleh karena itu, peningkatan yang didapatkan dari penggunaan memori berkecepatan tinggi tidak terlalu signifikan. Meskipun demikian, pengujian ini masih tetap dapat digunakan sebagai indikator bagaimana sebuah memory kit bisa meningkatkan kinerja sistem anda.
7-Zip
7-Zip 9.20 x64 adalah aplikasi yang biasa digunakan untuk melakukan kompresi file. Pada pengujian kali ini, kami melakukan kompresi file campuran (Gambar JPG, MP3, video HD, dan lain sebagainya) sebesar 766MB, dan mencatat seberapa cepat sistem kami dalam melakukan kompresi tersebut

MediaShow Espresso 6
Pengguna PC yang memiliki gadget seperti Ipod Touch/iPhone pasti tidak asing dengan kegiatan video transcoding. Transcoding adalah proses konversi berbagai file video HD ke format yang kompatibel dengan gadget mereka. Kami menggunakan CyberLink MediaShow Espresso 6 untuk melakukan konversi sebuah file video HD 1080i berukuran 450MB ke format MP4 640×360 16:9 yang kompatibel dengan Apple iPhone 3GS (Hardware acceleration disabled)

Adobe Premiere Pro CS5
Anda para editor video professional, tentunya pernah berurusan dengan Non-linear Video Editing suite seperti Adobe Premiere Pro CS5. Pada pengujian kali ini kami mencoba mengekspor sebuah sequence berisi video HD berformat 1080p25 sebesar 261MB ke format H.264 Blu-Ray.
















