Review Duke Nukem Forever: Penantian 14 Tahun yang Sia-sia!
Gameplay yang Monoton

Gearbox mungkin lupa akan satu hal bahwa kini kita sudah memasuki abad ke-21 dengan perkembangan game yang sudah jauh melebihi zaman Duke Nukem dulu. Anda tidak lagi hidup di tahun 1997 dengan gameplay FPS yang hanya berfokus kepada lari dan tembak. Pasar sendiri sudah berbicara bahwa tren FPS yang berkembang adalah game-game FPS yang mampu memaksimalkan plot dengan berbagai dramatisasi dan efek-efek yang epic. Lihat saja bagaimana Modern Warfare mampu mencapai kesuksesan luar biasa dengan hal itu. Duke Nukem tampaknya tidak setuju dengannya.
Sepanjang permainan di Duke Nukem Forever, Anda akan merasakan citra klasik sebuah game FPS. Anda hanya perlu datang, mengambil sebuah senjata (lebih besar lebih baik) dan membunuh setiap musuh yang ada. Cerita berjalan sangat linear, tanpa dramatisasi yang mampu menarik mata Anda, dan tahu-tahu sudah mencapai ending. Tidak ada yang spesial di gameplay Duke Nukem ini. Anda akan merasakannya begitu monoton, melakukan hal yang sama dari awal hingga akhir permainan.

Hal yang lebih buruk adalah bahwa game ini miskin sekali improvisasi. Anda mungkin akan dihibur dengan suasana dimana Duke mengecil karena teknologi alien atau Anda diharuskan mengendarai kendaraan tertentu dari satu titik ke titik tujuan yang lain. Ketika Anda mulai terhibur dengan suasana yang berbeda, Gearbox menjadikannya sebuah rutinitas yang terulang di sepanjang permainan. Sekali lagi, Anda menemukan permainan yang repetitif. Jika Anda tidak tahan memainkannya, Anda akan cepat sekali bosan.
Babes, Babes, dan Babes


Apalah artinya sebuah game Duke Nukem tanpa menghadirkan lusinan wanita cantik nan seksi yang akan hadir di sepanjang permainan? Apalagi kini Duke telah berkembang menjadi sebuah ikon dunia yang digilai oleh para wanita, mempermudah Gearbox untuk memasukkan elemen ini di dalam permainan. Anda akan menemukan wanita-wanita ini dalam berbagai situasi (penting maupun tidak penting). Satu hal yang cukup menarik adalah Duke Nukem Forever menghadirkan ketelanjangan yang cukup eksplisit di dalamnya, menjadikan tubuh para wanita ini sebagai sebuah eksploitasi yang memanjakan mata para gamer pria. Ini juga merupakan salah satu alasan mengapa mereka yang belum cukup umur tidak boleh memainkan game ini. Namun jangan berharap lebih, ketelanjangan adalah hal paling maksimal yang bisa Anda temukan di Duke Nukem Forever.
Waktu Loading yang Membuat Frustrasi

Dari semua kekurangan yang tampak dengan jelas di Duke Nukem Forever, hal apa yang paling mengganggu? Pemenangnya ada pada waktu LOADING yang dihadirkan. Sebuah kesalahan yang akan membuat Anda frustrasi dan berhenti memainkan game ini. Saya sendiri memainkan Duke Nukem Forever ini di XBOX 360 dengan melakukan proses instalasi terlebih dahulu. Proses ini seharusnya mampu mempersingkat waktu loading dan memperingan kerja lensa karena beberapa data yang dibutuhkan diambil secara langsung dari harddisk. Namun hal ini tampaknya tidak berpengaruh pada Duke Nukem Forever.

Bayangkan saja, Anda harus menunggu hingga beberapa menit saat Anda keluar dari satu level menuju level lainnya. Ini masih belum seberapa. Ketika Anda mati, Anda harus menunggu waktu respawn yang memakan waktu 40 detik – 1 menit lamanya, menatap kosong layar loading yang terus berputar. Padahal ada kalanya Anda harus menghadapi boss yang mampu membunuh Anda dalam hitungan detik saja jika Anda salah melangkah. Pada level-level tertentu, pada pertarungan boss yang sulit, jangan salahkan kemarahan Anda yang meledak jika Anda akan menghabiskan lebih banyak waktu menunggu waktu respawn dibandingkan waktu bermain. Stupid!














