Review Call of Juarez – The Cartel: Perang Narkotika yang Kurang Menggigit!
Gameplay


Apa yang Anda harapkan dari sebuah game FPS? Tentu saja pertempuran senjata yang epik, yang membuat adrenalin Anda berteriak kencang di dalam tubuh. Call of Juarez – The Cartel menyediakan pengalaman yang tidak jauh berbeda. Tugas Anda sebenarnya sederhana, menembak mati siapapun yang menembaki Anda dan mencegah diri Anda tertembak terlalu parah. Lakukan itu dengan baik, maka Anda akan mengakhiri game ini dengan cukup mulus.
Selain elemen pertempuran yang dihadirkan, Anda akan dihadapkan pada beberapa misi yang mewajibkan Anda untuk bergerak dengan menggunakan mobil, entah itu mengemudi atau menembak darinya. Tidak terlalu sulit. Anda terkadang hanya butuh untuk bergerak dari titik A ke titik B tanpa batas waktu, membuntuti mobil tersangka, atau hanya kabur dari kejaran lawan. Jika Anda berada di posisi penembak, Anda harus menghancurkan mobil lawan Anda sebelum dihancurkan.


Gameplay utama yang dihadirkan memang terkesan repetitif dan miskin dramatisasi. Anda tidak akan menemukan berbagai efek dramatisasi ala Call of Duty yang memanjakan mata. Call of Juarez berperan tak ubahnya sebuah game FPS yang “straight to the point”, yang hanya meminta Anda bergerak dari satu titik ke titik lain dan mempertahankan nyawa selama perjalanan itu. Hal tersebut lah yang membuat permainan terasa seperti mengulang kembali, menjalani misi ke misi dengan cara bermain yang sama. Adapun elemen yang berbeda hanya tampil saat Anda harus melakukan flank dan breach. Memang menarik pada awalnya, namun ketika Anda menemukannya hampir di setiap misi, kedua fitur ini tak lagi tampak istimewa.
Pilih Karakter yang Anda Inginkan

Ini yang mungkin membuat Call of Juarez berbeda. Tiga karakter utama yang tergabung dalam satuan unit investigasi ini merupakan karakter playable yang dapat Anda pilih. Kimberly Evans, Eddie Guerra, dan Benjamin McCall yang datang dari badan pemerintahan berbeda memiliki latar belakangnya masing-masing. Diceritakan pula bahwa setiap dari mereka sebenarnya mengemban sebuah misi rahasia yang ditugaskan oleh atasan mereka di masing-masing departemen, membuat mereka harus menyelesaikannya tanpa diketahui oleh dua anggota yang lain.
Walaupun Anda dapat memilih karakter yang berbeda-beda, tidak ada perbedaan signifikan yang akan tampak dari keputusan ini. Anda masih bergerak dengan satu arah cerita linear yang sama, terlepas karakter apapun yang Anda gunakan. Walaupun pada akhirnya, endingnya akan berbeda karena perbedaan sudut pandang, gameplay yang diusung sepanjang permainan sangat mirip satu sama lain. Deskripsi tentang kelebihan masing-masing karakter tampak tak ubahnya omong kosong belaka.

Lantas apa yang membuatnya berbeda? Hal yang paling pertama terlihat ada pada jenis side quest yang harus Anda laksanakan. Namun lagi-lagi, intinya sama: Anda harus mengambil benda tertentu atau berbicara dengan NPC di dalam sebuah misi tanpa kepergok oleh anggota tim lain. Perbedaan misi ini di tiap karakter hanya pada jenis benda atau orang yang harus Anda ajak bicara. Kedua, yang lebih signifikan, tentu saja pada ending dan pilihan yang Anda pilih di akhir permainan. Anda akan mendapatkan ending menurut sudut pandang mereka masing-masing.

Siapapun karakter yang Anda pilih, dua karakter yang tidak terpilih otomatis akan bergabung ke dalam permainan dan dikontrol oleh AI. Kehadiran mereka cukup membantu jalannya misi. AI langsung bereaksi dengan menembak jika ada musuh yang terlihat di depan mata. Jika mereka tidak tidak cukup pintar untuk menghabisi musuh, kedua AI ini bisa menjadi decoy yang sempurna karena mereka bisa “memakan” peluru tanpa terluka sedikitpun, walau dengan granat dan RPG sekalipun.















