IBM Mendorong Perkembangan Industri Retail dengan Solusi Analytics
Perpindahan kekuatan dari tangan penjual ke pembeli merupakan salah satu perubahan besar yang menjadi perhatian dalam industri retail. Para penjual semakin dituntut untuk mengerti keinginan masing-masing calon pembeli agar dapat menyuguhkan produk dan layanan terbaik, serta bersaing ketat dengan para kompetitor. Apalagi sekarang para penjual dapat dengan mudah memublikasikan keluhan atau pujiannya terhadap suatu perusahaan melalui jejaring sosial, seperti Twitter yang menghasilkan 155 juta tweets setiap hari.

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Nina Wirahadikusumah, Country Manager Software Group IBM Indonesia, 75% calon pembeli tidak percaya dengan kebenaran yang dipaparkan dalam iklan dan kampanye produk. Para penjual pun mengalami kerugian sekitar USD 93 miliar akibat jumlah permintaan pembeli yang melampaui jumlah stock inventori perusahaan. Jumlah kerugian ini menunjukkan kecenderungan pembeli untuk berpindah ke toko lain ketika tidak mendapatkan produk dan layanan yang sesuai di toko sebelumnya.
Dalam menghadapi tantangan ini, para penjual harus mengerti keinginan masing-masing pembeli dan mengantisipasi setiap risiko yang mungkin terjadi. Beradaptasi dan mengoptimalkan setiap produk dan layanan yang ditawarkan juga harus menjadi perhatian para penjual. Setelah berhasil melakukan penjualan pun, after-sales service pun harus dioptimalkan untuk menjaga kesetiaan para pelanggan.

IBM menghadrikan solusi retail yang memaksimalkan kinerja para pemain di industri retail dalam mencari pemasok barang yang tepat, mengeksekusi strategi marketing yang tepat, melakukan penjualan, serta menawarkan layanan bagi para pembeli. Solusi ini berhasil dikembangkan melalui kerja sama antara IBM dengan penyedia software analytic Cognos, SPSS, dan Netezza.

















