50 Persen Anak-anak Pernah Memainkan Konsol Game

Kemajuan dan perkembangan pesat yang dihadirkan teknologi seringkali diikuti dengan keterbukaan akses yang lebih lebar terhadapnya. Dengan harga yang lebih terjangkau dan ketersediaan produk yang lebih konsisten, teknologi perlahan mengalami transformasi, tidak hanya sebagai gaya hidup, tetapi juga kebutuhan yang utama. Hal ini juga berlaku untuk industri game. Dengan varian platform yang beragam: dari konsol, PC, handheld, hingga mobile gaming, video game kini kian mudah untuk dinikmati. Tidak mengherankan pula, jika pangsa pasar industri yang satu ini semakin meluas, termasuk bagi anak-anak.
Sebuah lembaga non-profit Amerika – Common Sense Media menemukan fakta yang cukup mengejutkan mengenai fenomena yang satu ini. Berdasarkan penelitian yang mereka lakukan, 51 persen dari anak-anak berusia 0-8 tahun sudah pernah memainkan game di konsol sebelumnya. Sementara secara keseluruhan, 44 persen anak-anak berusia 2-4 tahun dan 81 persen berusia 5-8 tahun sudah pernah memainkan game dari beragam platform yang ada. Sayangnya tidak dijelaskan definisi pasti “game” yang dimaksud, karena jika menilik fenomena beragam game di ponsel pintar saat ini, hasil penelitian tersebut tidaklah mengejutkan. Namun perlu diperhatikan pula, dengan berbagai konten “dewasa” yang kini mulai mengancam, anak-anak semakin mudah terpapar hal-hal yang mungkin berakibat buruk.

Satu fakta unik yang cukup menarik perhatian adalah usia rata-rata anak Amerika ketika pertama kali memainkan video game. Apakah Anda masih ingat pada umur berapa Anda menyentuh video game dan jatuh cinta dengannya? Anak-anak Amerika sudah melakukannya di kisaran usia 3 tahun 11 bulan, usia yang bahkan belum mengecap pendidikan resmi. Untungnya hanya 17 persen saja yang mendapatkan “keistimewaan” untuk dapat bermain game konsol setiap hari, sementara 36 persen lainnya hanya diperbolehkan untuk menyentuh mesin adiktif ini hanya sekali seminggu.
Sayangnya belum ada lembaga penelitian di Indonesia yang melakukan penelitan yang sama, sehingga sulit mendapatkan data yang pasti untuk anak-anak Indonesia. Namun jika melakukan observasi secara kasar, kita harus mengakui bahwa kini ada lebih banyak anak-anak yang terlihat berkumpul dan bergerombol di game centre atau warnet dibandingkan 10 tahun yang lalu. Lebih mudah untuk menemukan anak-anak yang berjalan dengan Nintendo DS atau smartphone dengan Angry Birds saat ini. Jadi tidak akan mengherankan jika hasil penelitian ini juga dapat belaku di negara lain. Lantas kita akan kembali dalam sebuah debat klasik, apakah ekspos pada dunia game dalam usia yang sangat muda, akan berpengaruh baik atau buruk bagi anak-anak?
Source: Gamasutra












