EMC: Solusi Backup dan Recovery Penting Bagi Keamanan Data
Sebagai salah satu pemain besar di industri storage, keamanan data perusahaan dari serangan ataupun bencana alam merupakan hal penting bagi EMC. Maka dari itu, perusahaan storage yang berbasis di Amerika Serikat tersebut melakukan survei yang menyoroti kemampuan pemulihan data oleh perusahaan-perusahaan di dunia.

Pada hari Senin (23/4), EMC Indonesia mengadakan media briefing untuk memaparkan hasil survei tersebut, khususnya untuk wilayah Asia Pasifik dan Jepang. Laporan bertajuk “The Disaster Recovery Survey 2012” dilakukan melalui survei terhadap 2.500 perusahaan yang mewakili beragam industri, dari sektor publik, manufaktur, finansial, retail, hingga kesehatan.
“Sehubungan dengan bencana alam yang terjadi belakangan ini, kami (EMC) menaruh perhatian terhadap kesiapan perusahaan dalam menghadapi bencana alam, termasuk pandangan dan perencanaan mereka,” tutur Adi Rusli, Country Manager EMC Indonesia, saat membuka acara media briefing yang digelar di Hotel Kempinski, Jakarta.

Shane Moore, Director of Product Marketing Backup and Recovery System (BRS) EMC Corporation Asia Pasific & Japan, menjelaskan bahwa perusahaan di Indonesia menyiapkan biaya TI untuk BRS dibanding perusahaan lain di seluruh Asia Tenggara. Sepanjang tahun 2011, Indonesia telah mengeluarkan USD12,41 juta untuk keperluan tersebut, sedangkan Asia Tenggara hanya meluangkan USD8,48 juta.
Walaupun telah mengeluarkan biaya dalam jumlah yang besar, keamanan data masih menjadi tantangan yang sulit untuk dijawab dengan sempurna. Sebanyak 64% perusahaan di Indonesia menyatakan pernah mengalami kehilangan data dan system downtime yang berakibat buruk terhadap kelangsungan usaha mereka. Tiga alasan utama terjadinya bencana tersebut antara lain kerusakan hardware, tenaga listrik yang terputus, dan korupsi data.
Shane menuturkan bahwa tren ancaman keamanan data yang berkembang selama tahun 2011 adalah pembobolan sistem keamanan. “Keamanan merupakan salah satu alasan terbesar terjadinya kehilangan atau kerusakan data, baik data digital maupun data fisik.” Shane pun melanjutkan, “Sebagian perusahaan memanfaatkan solusi disaster recovery untuk mengamankan email. Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya email bagi kelangsungan bisnis perusahaan saat ini.”

Untuk menghindari terjadinya kehilangan data, 93% perusahaan di Indonesia menyimpan salinan, sedangkan langkah yang sama hanya dilakukan oleh 84% perusahaan di negara lain dalam wilayah Asia Tenggara. Lebih dari setengah perusahaan yang menyimpan salinan data, melakukannya di storage fisik lain dalam negara yang sama.
Apakah dengan semua biaya TI yang dialokasikan ke rancangan disaster recovery dan langkah preventif yang diambil, seberapa besar kepercayaan diri perusahaan dalam melindungi data mereka dari bencana? Walaupun mayoritas peserta survei menunjukkan keyakinan terhadap langkah tersebut, Shane dan Adi menekankan bahwa EMC berharap 100% pelanggannya yakin dengan solusi disaster recovery yang mereka tawarkan.













