AMD, Intel dan Apple Capai Rekor Saham Terendah
Bagi Anda rekan-rekan pengamat teknologi (IT) yang juga ingin bermain-main dengan investasi saham/stock pada bidang tersebut, sebaiknya Anda membatasi diri saja sebagai pengamat, setidaknya untuk saat ini. Memang dalam dunia teknologi IT segalanya berkembang begitu pesat, bahkan teknologi yang baru saja kita miliki pada awal tahun akan terasa usang apabila dibandingkan dengan teknologi akhir tahun yang baru saja diluncurkan, dan begitu juga dengan teknologi baru saat ini yang baru diperkenalkan akan segera tertinggal hanya dalam tenggat waktu yang sangat singkat kedepannya dan begitu seterusnya. Namun perkembangan teknologi tersebut tidak berbanding lurus dengan nilai perusahaan tersebut yang ditentukan dengan nilai saham yang dijual.

Contoh kasus pada beberapa waktu lalu nilai saham Apple berada pada puncak tertingginya dengan nilai tertingginya US$ 705 (per lembar) namun hal tersebut tidak berlangsung lama, Apple kehilangan nilainya (saham) sebesar 25% sejak bulan September lalu dengan penutupan nilai sebesar US$ 525 pada kamis lalu. Hal serupa juga menimpa salah satu perusahaan produsen prosesor terbesar di dunia yaitu Intel yang mengalami penurunan nilai terendah dengan angka dibawah US$ 20 sejak September tahun lalu dan mengalami penurunan nilai perusahaan sebesar 24% sejak tiga bulan yang lalu. Dan yang terparah adalah AMD yang kehilangan nilai hingga 53% dalam kurun waktu tiga bulan dengan nilai saham hanya US$ 1,92, jika membandingkan dengan nilai saham AMD yang ditukar pada tahun 2010 dan 2011 lalu yang masih berada pada range level US$ 8 sampai US$ 10, tentu hal ini bukanlah kabar yang baik bagi para penggemar AMD.
Entah bagi para pemain saham profesional melihat fenomena penurunan saham ini apakah sebagai kesempatan emas untuk membeli saham dengan nilai terendah pada perusahaan-perusahaan IT tersebut? Atau justru hal ini merupakan pertanda untuk menghindari bermain-main pada ruang lingkup saham IT tersebut? Tentu saja banyak hal yang mempengaruhi nilai dari sebuah saham hingga bisa anjlok seperti salah satunya resesi ekonomi global terutama di Eropa dan Amerika yang menyebabkan menurunnya daya beli para konsumen, dan juga hal rumit lainnya seperti peraturan pemerintah, politik dan lain sebagainya. Namun satu hal yang pasti, teknologi tidak akan berhenti berkembang.

 
                                                                                        

 
										 
										
 
										
 
										 
										
 
												







 
												
