Membangun PC Gaming Mini-ITX dengan Prosesor AMD A6-5400K dan MSI FM2-A75IA-E53
Kesimpulan

Dalam rentang waktu pengujian yang berlangsung sekitar 3(tiga) minggu, kami cukup yakin bahwa pemilihan komponen kami sudah cukup tepat. Performa dari ‘mini box’ dengan tinggi sekitar 22cm ini membuktikan dengan jelas bahwa sebuah PC berukuran mini sekalipun masih bisa memiliki performa yang menuai decak kagum. Kami setuju dengan pendapat bahwa kadang PC berukuran kecil akan mengorbankan sedikit opsi ekspansi, namun bukan berarti kita tidak bisa mencari solusi untuk mengatasinya. Disini, pemilihan motherboard yang tepat dan sarat fitur akan membuat anda tidak kekurangan pilihan. MSI FM2-A75IA-E53 memberi cukup banyak fitur pada ukuran yang kecil, dan masih menjaga rasio price/performance yang baik.
Berbicara kinerja, memang dari sisi CPU, APU AMD A6-5400K yang kami gunakan performanya agak dibawah rata-rata CPU Dual-core pada umumnya, namun ini dibayar dengan kemampuan grafis yang mengagumkan untuk kelas harganya. Sebuah APU dengan GPU terintegrasi yang bisa memainkan game mainstream seperti PES 2013 dan Point Blank di 1080p, bahkan game berat seperti Dirt 3 ini dijual dengan harga sekitar 700 ribu Rupiah – That’s a bloody good deal! Rasio price vs performance yang baik ini yang membuat kami memilih solusi dari AMD APU A-Series ketimbang Intel Core i3, karena meskipun performa prosesor Intel kelas Core i3-3220 sudah cukup baik untuk aktivitas multimedia sehari-hari, namun performa GPU terintegrasi dari Intel HD Graphics 2500 masih ada dibawah AMD APU. Kami dengan yakin bisa mengatakan bahwa saat artikel ini dimuat , tidak ada solusi grafis terintegrasi yang cocok untuk bermain game sebaik AMD APU A-series ‘Trinity’, dari segi harga maupun performa.
Tentu saja, sebagai kompensasi dari prosesor A6-5400K yang agak lemah dalam kecepatan komputasi, , sebuah SSD mutlak dibutuhkan untuk mendongkrak performa dan responsiveness dari sistem ini. Dengan harga SSD 120GB menjadi makin murah (1 – 1.4jt), pemilihan SSD sebagai storage utama sudah sangat masuk akal. Yang terakhir, kami memastikan bahwa CPU dan GPU mendapat bandwidth yang cukup dari RAM dengan memilih konfigurasi RAM 8GB (2×4 GB) dengan kecepatan DDR3-1600 mode dual-channel. Sebenarnya, jika anda bisa menemukan DDR3-1866Mhz dengan harga yang tidak jauh berbeda, opsi ini bisa diambil untuk meningkatkan performa grafis APU sekitar 10% lagi.
Perlu diingat juga, bahwa konsumsi daya sistem ini sesuai dengan target utama kami, yakni dibawah 100 Watt saat load, tepatnya 73W saat load, dan 27W saat idle , cukup rendah untuk ukuran PC desktop. Sebauh sistem lengkap ini bisa anda dapatkan dengan harga 4 juta-an. Bukan PC yang termurah memang, namun juga tidak terlalu mahal mengingat performa yang ditawarkannya.
Opsi Lain
Bagi anda yang merasa bahwa sistem ini belum cukup kuat bagi kebutuhan gaming anda, mungkin anda bisa memilih APU A10-5800K series yang berharga sekitar 500 ribu Rupiah lebih mahal dari A6-5400K. GPU yang ada di A10-5800K lebih kencang dari A6-5400K setidaknya 40 persen, dan kemampuan CPU A10-5800K dalam menangani aplikasi multi-threading masih lebih kencang dari sebuah Core i3-3220 yang berharga serupa.
Sayangnya, performa tinggi ini harus anda bayar dengan konsumsi daya yang lebih besar , (A10-5800K rata-rata mengkonsumsi daya 120W-an saat load CPU+GPU) , sehingga mungkin anda perlu memperhatikan pilihan PSU pada casing mini-ITX anda , setidaknya sekitar 160 – 180W Pure jika anda memilih AMD A10-5800K. Atau, jika konfigurasi PSU anda tidak memungkinkan dan anda tetap bersikukuh ingin menggunakan A10-5800K demi grafis terintegrasinya, anda bisa mematikan 2(dua) Core dari CPU-nya untuk menghemat daya.
Nah, bagaimana pendapat Anda? Tertarik untuk memiliki sebuah PC gaming mini? Sampai jumpa di artikel kami yang berikutnya, hanya di Jagat Review!















