McAfee: Empat Tahun, Hacker telah Mencuri Data Militer Korea
Sebuah kelompok hacker misterius telah menghabiskan waktu selama empat tahun memata-matai dinas militer Korea Selatan. Itu dilakukan guna mencuri data rahasia di dalamnya selama empat tahun tersebut. Demikian menurut hasil penemuan yang dilakukan oleh perusahaan antivirus komputer, McAfee.
McAfee merilis sebuah makalah teknis sebanyak 29 halaman pada hari senin lalu (8/7/2013) yang berisi analisis mereka terhadap kode perangkat lunak yang digunakan hacker tersebut.

Pihaknya merinci, bagaimana para penyusup digital itu menggunakan infrastruktur canggih yang biasa dikenal dengan sebutan “Botnet”. Artinya, kelompok hacker tersebut menginfeksikan PC dengan sebuah software yang secara otomatis mencari dokumen menarik dengan memindai kata kunci militer berbahasa Inggris dan Korea. Setelah mengidentifikasi dokumen yang menarik, lanjut McAfee, file-file itu dienkripsikan dan kemudian dikirim ke server hacker.
McAfee belum bisa mengidentifikasikan siapa dalang sebenarnya yang menjadi sponsor di balik penyusupan ke militer Korea Selatan ini. Akan tetapi, mereka memperkirakan, kelompok hacker itu dikenal sebagai “New Romanic Army Team”.
McAfee menamai serangan ini dengan sebutan “Operasi Troy”. Sebab, kata “Troy” sering muncul dalam kode perangkat lunak berbahaya. Terlebih, The New Rumawi Cyber Team Army sering menggunakan istilah Romawi dan klasik itu di dalam kode mereka.
Pada 4 Juli 2009 silam, mereka meluncurkan serangan pertama yang berbahaya dan signifikan. Akibatnya, data komputer di beberapa situs bisnis dan pemerintah di Korea Selatan dan Amerika Serikat terganggu.
Dilansir dari Reuters, pihak berwenang di Seoul maupun kedutaan Korsel di Washington dan pihak Pentagon belum bersedia untuk berkomentar lebih lanjut atas temuan McAfee ini. Kemungkinan mereka belum menyadari bahwa selama empat tahun, militer korea telah disusupi hacker.
Pihak Korea Selatan maupun sekutunya, yakni AS hanya bisa menyalahkan bahwa serangan ini berasal dari Korea Utara. Sayangnya, pihak Pyongyang membantah keras telah melakukan itu. Bahkan pihak Korea Utara mengklaim, juga ikut menjadi korban dari serangan cyber ini.












