Sewaktu di Microsoft, Mattrick Pernah Mencoba Akuisisi Zynga
Don Mattrick yang kini menjabat sebagai Chief Executive Officer baru di Zynga pernah mencoba untuk melakukan tawaran akuisisi kepada perusahaan barunya itu, sewaktu masih menjadi Kepala Divisi Entertainment di Microsoft yang juga menangani konsol Xbox.

Kejadian tersebut terjadi pada 2010 silam. Pada waktu itu, Mattrick bernegoisasi dengan pendiri Zynga, Mark Pincus untuk membeli perusahaannya yang populer dengan game Facebook, Farmville itu. Tujuan Mattrick tersebut untuk mendukung lineup Xbox dengan permainan sosial yang selalu diakses oleh jutaan pengguna di jaringan Facebook tiap minggunya. Namun sayangnya, menurut berbagai sumber yang mengetahui hal itu, negoisasi tersebut hancur.
Kini, Mattrick yang kini berusaha 49 tahun itu telah mengambil alih jabatan Pincus di Zynga. Banyak hal berat yang harus ditangani oleh Mattrick, terlebih setelah perusahaaan itu kehilangan tempatnya sebagai pembuat game teratas di Facebook oleh King.com baru-baru ini.
Seorang Profesor Bisnis dari University of Michigan, Erik Gordon mengatakan, Mattrik kini mempunya dua tantang yang mesti dihadapinya sebagai CEO baru Zynga. Pertama, Dia mesti mengembalikan keadaan Zynga yang pernah berjaya di game sosial Facebook. Lalu kedua, walau Mark Pincus bukan lagi sebagai CEO Zynga, namun Ia masih pegang kendali di Zynga, sehingga sulit bagi Mattrick untuk beradaptasi dengan jabatan baru itu dan menggeser kekuasaan Pincus.
“Don merupakan pemimpin veteran yang telah berkembang di dunia permainan. Dia tahu bahwa konsol akan digantikan oleh game berbasis cloud (game online). Pandangan perusahaan seperti EA dan Microsoft (Ibarat) berada di dalam kaca spion, sementara Zynga berada di jalan depan,” ungkap Trip Hawkins, pendiri Electronic Art di mana Matrrick pernah menjadi bawahannya selama 15 tahun di EA, sebelum bergabung di Microsoft pada 2007 silam.
Ia berharap, Mattrick bisa menerapkan masa kesuksesannya sewaktu di EA untuk menghidupkan kembali Zynga. Sewaktu menjabat sebagai pengawas studio EA di Amerika Utara pada 1991, Mattrick melihat bahwa keuntungan yang diraih perusahaan tak kunjung membaik. Lalu, guna menghadapi masalah itu, Ia memangkas jumlah produksi game EA menjadi setengah. Ini dilakukan agar EA bisa fokus pada beberapa game saja yang memiliki adya tarik yang luas di mata pemain. Dari upayanya itu, seri The Sims, FIFA Soccer, dan Need for Speed hingga kini masih terus berjaya dan dinantikan oleh jutaan penggemarnya akan kelanjutan dari seri berikutnya.
Mattrick punya segudang pengalaman lebih dari dua dekade di perusahaan-perusahaan raksasa yang berkecimpung di dunia games. Ia pun dipercaya punya potensi untuk membangkitkan kembali kejayaan Zynga. Bahkan, Zynga pun sampai rela memberikan dana kompensasi bagi Mattrick sebesar US$ 50 juta atas kepindahannya itu dari Microsoft.
(Sumber: Bloomberg)















