Blackberry Pertimbangkan Langkah Go Private?

Raksasa smartphone asal Kanada, Blackberry dikabarkan tengah mempertimbangkan kemungkinan bakal go private. Ini artinya, kebalikan dari go public, Blackberry bakal membeli kembali semua saham perusahaannya yang dipegang oleh sejumlah investor.
CEO Blackberry, Thorsten Heins dan direksi perusahaan sempat mempertimbangkan hal tersebut beberapa waktu lalu. Ini guna menyusun kembali strategi bisnisnya. Pihaknya berharap, Blackberry dapat membenahi diri dari berbagai keterpurukan yang melandanya saat ini.
“Memang ada indikasi perubahan sikap dari jajaran direksi,” kata seorang sumber yang enggan disebut namanya, dilansir Reuters. Kendati demikian, menurut sumber tersebut, pihak Blackberry belum mengumumkan apapun tentang proses jual-beli sahamnya ini.
Dari waktu ke waktu hingga pertengahan tahun ini, saham Blackberry terus melorot hingga 19 persen. Bahkan, nilai pasar perusahaan itu menurun tajam semenjak lima tahun terakhir. Dari US$ 84 miliar pada 2008 silam yang merupakan masa kejayaan Blackberry, kini malah jatuh menjadi US$ 4,8 miliar.
Beberapa analis memperkirakan, seandainya rumor go private itu benar, maka Blackberry bakal kesulitan dalam mencari pembeli maupun pendanaan. Sebab, Blackberry masih membukukan kerugiaan yang tidak bisa dibilang sedikit. Pada kuartal kedua tahun ini, pihaknya pun mengalami kerugian hingga US$ 84 juta. Sementara periode yang sama pada tahun lalu, Blackberry sempat merugi hingga US$ 518 juta.
Bulan lalu, Heins mengatakan, perusahaannya tengah berada di jalur yang benar dan perlu lebih banyak waktu guna memperbaiki masalah internal perusahaan. Ia juga menyatakan, bakal pertimbangkan opsi melisensi software di sistem operasi Blackberry 10 dan kemitraan lainnya. Pihaknya pun menawarkan layanan populer dan ekslusifnya, BlackBerry Messenger (BBM) agar dapat berjalan di perangkat Android dan iOS.

Sekedar informasi, Blackberry yang dulunya bernama Research in Motion (RIM) itu melakukan go public pada 1997 silam. Pihaknya melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Saham Toronto, Kanada dengan kode saham “RIM” pada 28 Oktober 1997. Pihaknya pun pada waktu itu, berhasil mengumpulkan dana hingga US$ 115 juta. Selang dua tahun berikutnya, tepatnya pada 4 Febuari 1999, RIM juga mendaftarkan sahamnya di bursa NASDAQ dengan simbol (RIMM). Memasuki awal tahun ini, perusahaan tersebut berganti nama menjadi Blackberry. Itu dilakukan, seiring dengan lebih populernya berbagai produknya yang mengenakan nama itu, ketimbang nama RIM sendiri. Kode saham pun ikut berubah. Di Bursa Saham Toronto menjadi “BBRY”, sementara di Nasdaq menjadi “BB”.
Berdasarkan penelitian yang sempat dilakukan Foley & Lardner LLP, dilansir dari laman Bapepam-LK, alasan perusahaan melakukan go private ialah merasa terbebani dengan berbagai biaya dan kewajiban yang mesti dilakukan perusahaan terbuka (setelah go public). Biaya dan kewajiban tersebut meliputi tingginya biaya konsultan hukum dan akuntansi, biaya penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), kewajiban memenuhi peraturan pasar modal, kesibukan melayani analis surat berharga, dan keterbatasan melakukan transaksi dengan pihak afiliasi.
Sampai segitunya kah, keterpurukan Blackberry saat ini?











