Mampukah Samsung Geser BlackBerry di Sektor Korporasi?
BlackBerry boleh saja masih berjaya hingga saat ini di sekot korporasi, meski di pasar konsumen sedang carut marut. Berbagai perusahaan maupun instansi pemerintah masih setia menggunakan smartphone BlackBerry guna memenuhi kebutuhan komunikasi pegawainya. Hal inilah yang sedang dikejar Samsung Electronic guna menggeser eksistensi BlackBerry di pasar korporasi.

Tantangan terbesar yang dihadapi Samsung ialah bagaimana membangun sistem keamanan yang kuat, melebihi sistem yang dimiliki BlackBerry, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan korporsasi. Pasalnya, pelanggan dari sektor tersebut sangat sensitif soal keamanan layanan datanya.
Namun yang terjadi, dilansir dari Wall Street Journal, tampaknya Samsung belum terlalu siap untuk hadir di pasar korporasi. Beberapa waktu lalu, sistem keamanan mobile Samsung yang dikenal dengan Knox sering kali mengalami gangguan, sehingga membuat jengkel pelanggan korporasinya, seperti yang dialami Departemen Pertahanan dan Pemerintah Amerika Serikat. Padahal, mereka tengah mencari alternatif baru pengganti BlackBerry.
Seandainya Samsung mampu menghilangkan kekhawatiran keamanan tersebut, tentu bisa dipastikan pihaknya mampu mengambil alih pasar sektor korporasi yang sebelumnya masih dikuasai BlackBerry. Ini mengingat nama besarnya di pasar konsumen membuat Samsung menjadi vendor smartphone tersukses dalam dua tahun terakhir ini.
Para eksekutif Samsung pun menyadari akan masalah keamanan dalam sistem Knox. Pihaknya pun terus menerus menyimak berbagai keluhan yang datang dan mencari pemecahan masalah keamanan tersebut. Terlebih lagi, banyak pengelola IT di tiap perusahaan memandang, smartphone berplatform Android rawan terkena virus dan diserang peretas. Belum lagi, muncul isu yang tak mengenakan, server pengembang Android, Google telah berhasil disadap oleh Badan Keamanan Nasional AS (NSA).
Bagi Samsung, bila berhasil menguasai pangsa pasar korporasi seperti halnya di pasar konsumen, maka bukan tidak mungkin pihaknya bisa memenuhi target ambisisusnya pada 2020 nanti, yakni mengantongi pendapatan tahunan mencapai US$ 400 miliar atau hampir setara dengan Rp 5.000 triliun.
Sistem keamanan Knox sendiri memungkinakan para pengelola teknologi di perusahaan maupun instansi pemerintah mampu mengendalikan perangkat Samsung yang dimiliki para pegawainya. Salah fitur andalannya ialah, mematikan perangkat jika suatu saat smartphone pegawainya diretas atau hilang.















