Operator Seluler AS Tak Tertarik Jual Smartphone Cina?
Dalam ajang CES 2014 lalu, LG Electronics pamerkan smartphone terbarunya yang menawarkan teknologi layar melengkung, LG G-Flex. Kemudian di waktu bersamaan, Huawei juga meluncurkan smartphone terbarunya, Ascend Mate II yang memiliki daya tahan baterai hingga dua hari pemakaian aktif.

Namun, ada satu perbedaan utama antara vendor Korea Selatan dan Cina tersebut. LG G-Flex akan segera dijual oleh tiga operator seluler AS terbesar, T-Mobile, AT & T, dan Sprint. Sementara Ascend Mate II masih belum memiliki operator seluler AS yang akan menjualnya.
Inilah ironi bagi vendor asal Cina yang ingin masuk ke pasar smartphone terbesar kedua di dunia itu. Pasalnya, kesuksesan penjualan smartphone di AS tergantung bagaimana operator seluler lokal dapat menjual handset yang telah dikontraknya ke masing-masing pelagggan. “Kunci sukses di AS adalah operator seluler,” ungkap Presiden ZTE untuk kawasan AS, Lixin Cheng, dilansir dari Reuters.
Dalam dua tahun terakhir ini, tiga vendor terbesar asal Cina, Huawei, ZTE, dan Lenovo telah mengalihkan fokus dalam negerinya ke pasar smartphone global. Namun hingga kini, hasil penjualan smartphone mereka masih ditopang penuh oleh pasar Cina.
Terdapat stigma negatif saat smartphone Cina mendapatkan kesempatan hadir di gerai operator seluler. Mulai dari kepercayaan brand yang rendah, persepsi kualias handset yang juga rendah, dan bahkan masalah keamanan yang terus menghantui vendor Cina tersebut.
Analis pun berpandangan, butuh waktu bertahun-tahun lamanya agar vendor Cina membuat kemajuan bisnisnya di AS. Saat ini, satu-satunya vendor Asia yang telah berhasil mendatangkan kemajuan itu hanya lah Samsung Electronics dan mampu bersanding dengan raksasa seperti Apple.
Pada kuartal ketiga 2013 lalu, ZTE dan Huawei masing-masing memiliki pangsa pasar sebesar 5,3 persen dan 3 persen di pasar Amerika Serikat. Sementara Apple dan Samsung berada puncak teratas dengan peraihan pangsa sebesar 36,2 persen dan 32,5 persen, menurut data terbaru dari IDC.
“Para pembuat smartphone asal Cina kini telah tumbuh dengan pesat. Namun, ada banyak beban yang berat untuk mereka mendekati Samsung dalam hal status, brand, dan pangsa pasar di Amerika Serikat. Hal itu masih sangat terlalu dini,” ungkap Kevin Restivo, analis senior di IDC.













