Cegah Penggulingan, Pemerintah Irak Tutup Akses Sosial Media
Pemerintah Republik Irak mengumumkan bahwa mereka telah menutup akses ke sejumlah media sosial di negara tersebut, seperti Facebook, Twitter, Google dan beberapa situs lain. Hal tersebut dilakukan sebagai respon atas pemberontakan dari Islamic State of Iraq dan Levant (ISIS).

Pemerintah Irak memerintahkan kementerian komunikasi negara tersebut untuk memblokir situs-situs yang memiliki pengaruh kuat dalam menentang pemerintahan dan khawatir Islamic State of Iraq dan Levant menggunakan outlet-outlet untuk mengorganisir pemberontakan mereka. Meskipun publikasi lain melaporkan bahwa sebab dari pemblokiran tersebut tidak jelas alasannya, namun puluhan akun media sosial mengklaim bahwa mereka mendapatkan berita secara resmi dari pimpinan ISIS.
ISIS sendiri dikenal sebagai cabang ekstrimis dari al-Qaeda dan telah dikritik baik oleh PBB maupun Presiden Barack Obama. ISIS telah mengambil alih sejumlah kota utama di Irak dan menurut Obama dalam wawancaranya dengan BBC, Irak akan membutuhkan lebih banyak bantuan dari Amerika Serikat dan komunitas internasional. Washington sendiri tengah mempertimbangkan peluncuran serangan pesawat tak berawak atau drone untuk melawan ISIS. .
Nampaknya media sosial memang memiliki pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi opini para penggunanya terhadap suatu pemerintahan. Penutupan media sosial memiliki sejarah panjang dan sudah banyak negara, terutama negara-negara yang tengah menghadapi konflik, memblokir akses terhadap sejumlah media sosial terkemuka. Di Iran, Twitter pernah diblokir pada tahun 2009, di Korea Selatan diblokir pada tahun 2010 dan di Mesir dan China sejak 2011. Demikian juga dengan Facebook yang juga diblokir di sejumlah negara seperti Mesir, Maroko, Syria dan Iran. Thailand yang tengah dilanda kudeta juga sempat menutup akses ke Facebook meskipun hanya berlangsung setengah jam saja.

Menanggapi pemblokiran tersebut, juru bicara YouTube mengatakan bahwa Google juga menyadari adanya pemblokiran tersebut. Pihaknya mendapat laporan bahwa beberapa user tidak bisa mengakses YouTube di Irak padahal tidak ada kesalahan teknis dari pihak YouTube. Saat ini Google masih mengikuti situasi yang berkembang terkait dengan penutupan akses di negara tersebut. Sedangkan pihak Twitter menyatakan bahwa mereka sudah mengetahui tentang hal tersebut namun secara resmi Twitter belum merilis pernyataan terkait dengan pemblokiran tersebut.
Facebook memberikan respon yang cukup kritis, dimana pihak mereka merasa terganggu dengan laporan masalah akses di Irak dan mereka tengah menginvestigasi hal tersebut. Menurut Facebook, membatasi akses ke layanan internet, terutama untuk komunikasi dan perdagangan yang penting bagi jutaan orang, merupakan keprihatinan bagi komunitas global.
 
                                                                                        
 
                                                                                        
 
										
 
										
 
										

 
										 
												





