GSM dan LTE 4G Bisa Berdampingan di Frekuensi Lawas
Salah satu alasan utama banyak negara, termasuk Indonesia, belum mengadopsi LTE 4G lantaran pihak regulasi dan operator telekomunikasi mesti menyediakan frekuensi baru yang dapat mendukungnya. Untuk dapat mendukung hal tesebut, dibutuh investasi yang tidak sedikit. Pasalnya, frekuensi yang dipakai untuk GSM 3G saat tidak bisa mendukung 4G. Namun, itu dulu. Di masa depan, baik pemerintah maupun pihak operator seluler tak perlu melakukan itu.

Huawei bersama operator seluler terbesar di Eropa, Vodafone, dilaporkan telah berhasil menguji coba teknologi LTE 4G dan GSM 3G yang memungkinkan dapat berbagi frekuensi yang sama. Jadi, tak perlu menghadirkan frekuensi baru untuk mengadopsi teknologi LTE 4G, tetapi bisa menggunakan frekuensi yang ada saat ini.
Huawei dan Vodafone, seperti dikutip dari Computer World, menggunakan teknologi yang disebut GSM-LTE Dynamic Spectrum Sharing atau GL DSS sehingga membuat jaringan GSM dan LTE dapat hidup berdampingan. Teknologi ini akan memberikan lebih banyak ruang untuk LTE ketika pengguna tidak melakukan panggilan suara.
Operator Seluler hanya membutuhkan spektrum yang lebih besar agar bisa mendapatkan akses LTE 4G sekaligus GSM 3G. Sebagai contoh, Vodafone memiliki spektrum sebesar 20MHz di band 1,8GHz. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10MHz dialokasikan untuk LTE, sedangkan sisanya untuk lalu lintas GSM.
Beberapa pihak masih berpikir panjang untuk beralih ke LTE 4G sepenuhnya karena infrastruktur lawasnya untuk GSM jadi tak terpakai. Namun, hal tersebut tak perlu dikhawatirkan. “Apa yang kita lihat sekarang ialah bahwa GSM dan 3G dapat hidup lebih lama dari yang diharapkan sebelumnya. Ini bisa menjadi salah satu hal yang dapat Anda (pihak regulasi pemerintah dan operator seluler) lakukan dalam meningkatkan keberlanjutan dan skalabilitas,” kata Sylvaik Fabre, direktur riset di Gartner.

















