LinkedIn Rilis Data Demografi Karyawannya

LinkedIn baru saja merilis data demografi karyawannya untuk pertama kalinya pada hari Selasa lalu. Dari data tersebut terungkap bahwa sebagian besar tenaga kerja di media sosial untuk profesional tersebut sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan berkulit putih.
Data demografi yang dirilis LinkedIn tersebut menyusul data serupa yang dirilis Google akhir bulan lalu. Dalam rilisnya, Google menyebutkan bahwa mereka memiliki karyawan laki-laki sebanyak 70% dan sebanyak 61% merupakan warga Amerika Serikat berkulit putih. Dalam pekerjaan yang terkait dengan teknologi, Google memiliki 83% karyawan pria yang bekerja di sana.
Sedangkan dalam rilis LinkedIn, CEO LinkedIn Jeff Weiner menyebutkan bahwa LinkedIn kini memiliki total 5400 plus karyawan dimana 82% di antaranya yang duduk di posisi teknologi diisi oleh karyawan laki-laki. Dan secara etnis, sebanyak 53% karyawan merupakan warga Amerika Serikat berkulit putih dan 38% berasal dari Asia. Hal ini bisa diartikan bahwa pekerja berkulit hitam, hispanik dan kelompok etnis lain hanya memiliki prosentase kurang dari 10% dari seluruh karyawan yang berasal dari Amerika Serikat. Dari data tersebut terlihat bahwa untuk karyawan yang bekerja di bidang teknologi, baik Google maupun LinkedIn memiliki data yang identik. Weiner sendiri menyatakan bahwa mereka belumlah seperti apa yang diharapkan. Mereka ingin dan bisa melakukan lebih baik lagi daripada apa yang sudah dilakukan saat ini.

Data demografi yang dikeluarkan sejumlah perusahaan teknologi raksasa terkait dengan isu gender memang sudah biasa. Hal ini menunjukkan bahwa posisi wanita kurang terwakili dalam posisi yang membutuhkan pendidikan STEM. Dan nampaknya Google dan LinkedIn dengan sengaja memunculkan hal ini, membawa isu tersebut ke permukaan dan membaginya secara umum untuk mendorong peningkatan tenaga kerja wanita di perusahaan teknologi raksasa.
LinkedIn sendiri sejak 2011 telah bekerjasama dengan Year Up, sebuah perusahaan non-profit yang menyediakan pekerja terampil dan dukungan kepada pemuda perkotaan dan juga bekerjasama dengan Anita Borg Institute, lembaga non-profit lainnya yang berdeddikasi untuk menyalurkan lebih banyak tenaga kerja wanita ke komunitas teknologi. LinkedIn juga menyelenggarakan hackathon developer tahunan khusus untuk insinyur wanita.
Menurut salah satu juru bicaranya, LinkedIn pada dasarnya ingin mendapat talent terbaik dalam dunia kerja di LinkedIn, tanpa melihat pada identitas pekerjanya. Bagian terbesar dari masalah tersebut bagi LinkedIn adalah melakukan apa yang terbaik yang bisa dilakukan untuk meningkatkan bakat-bakat di bidangnya. Itu bukanlah hal yang bisa dipenuhi dalam waktu singkat, namun merupakan sesuatu yang diyakini bisa dipenuhi oleh semua industri di waktu yang akan datang.

















