Review Heatsink ARCTIC Freezer 13 CO
Spesifikasi Testbed + Software

Berikut spesifikasi testbed yang kami gunakan untuk menguji heatsink ARCTIC Freezer 13 CO ini:
- Processor: Core i5-4670K (default: 3,8Ghz, 1.09 V, overclocked: 4.2Ghz, 1.2 V)
- Memory: Kingston HyperX DDR3 – 1600 Mhz 2x 4 GB (XMP)
- Motherboard: Gigabyte Z87X-OC
- Graphic Card: Nvidia GTX 465
- Casing: Corsair Carbide 400R
- Storage: Kingston HyperX 3K 120 GB
- Power Supply: Corsair AX1200
- Operating System: Windows 7 Ultimate 64-Bit SP 1
Program yang Digunakan
- LinX 0.6.4 – Aplikasi yang kami gunakan untuk memberi beban kerja kepada prosesor. Dengan aplikasi ini, kami juga sekaligus membebani Memory Controller pada prosesor dengan mengatur agar LinX memenuhi penggunaan memory sebanyak 7000 MB.
- Core Temp 1.0 RC3 – Aplikasi yang digunakan untuk memantau suhu maksimum dan minimum prosesor selama pengujian.
- CPU-Z 1.71.0 – Aplikasi yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai sistem yang sedang berjalan.
Skenario Pengujian
Skenario pengujian kami sebagai berikut:
- Memberikan Full Load kepada CPU selama +/- 16~20 Menit dan Idle Time +/- 3 Menit.
Dengan skenario pengujian ini, mari kita lihat performa dari heatsink ARCTIC Freezer 13 CO. Kami menjaga suhu ruangan berkisar diantara 25oC – 26oC.
*NB: Keadaan Idle adalah keadaan sistem didiamkan setelah mendapatkan load setelah pengujian.
Hasil Pengujian
Suhu yang tercantum dalam grafik adalah suhu rata-rata dari seluruh core selama benchmark berlangsung dan idle time.
Default (3,8Ghz @1,09 V)

Pada saat pengujian dengan testbed dalam kondisi default, heatsink Freezer 13 Co ini mampu menahan suhu prosesor Intel Core i5 4670K di kisaran suhu 60.5 oC atau lebih dingin 18 oC dibandingkan dengan heatsink bawaan Intel yang suhunya sudah berada di kisaran 78.5 oC pada saat diberi beban kerja penuh dengan software LinX. Sedangkan pada saat kondisi sistem idle, heatsink ARCTIC Freezer 13 Co ini mampu mendinginkan prosesor pada suhu 30.25 oC atau lebih dingin 8 oC dibandingkan dengan heatsink bawaan Intel yang suhu prosesor-nya berada di 38.25 oC.
Pada pengujian kali ini, kami juga menyempatkan diri untuk menguji kemampuan pendinginan heatsink ini dengan menggunakan fan pendingin bawaan yang sudah diatur pada kecepatan maksimum melalui pengaturan PWM dari BIOS motherboard. Ternyata, setelah melalui pengujian yang kami lakukan, hampir tidak ada perbedaan suhu pada saat menggunakan konfigurasi kecepatan fan yang diatur secara AUTO dengan kecepatan maksimum untuk kodisi idle maupun full-Load, dimana perbedaan suhu hanya terpaut 1 oC saja.

Pada saat melakukan pengujian dengan Core i5 4670K yang sudah dioverclock pada kecepatan 4,2 GHz dengan tegangan 1,2 Volt, heatsink ARCTIC Freezer 13 Co ini mampu menahan suhu prosesor di kisaran suhu 71.25 oC atau lebih dingin 25.75oC dibandingkan dengan heatsink bawaan Intel yang suhunya sudah berada di kisaran 97oC pada saat diberi beban kerja penuh dengan software linX. Sebagai catatan, saat pengujian OC dengan heatsink bawaan Intel, kami terpaksa menurunkan tegangan Vcore sebanyak 25 mV karena sistem mengalami ketidakstabilan pada saat menggunakan Vcore 1,2 V.
Sedangkan untuk pada saat kondisi sistem idle, heatsink Freezer 13 Co ini mampu mendinginkan prosesor pada suhu 29.5 oC, atau lebih dingin 7.25 oC dibandingkan dengan heatsink bawaan Intel yang suhu prosesor-nya berada di 36.75 oC pada saat sistem dalam keadaan idle.
Sama seperti sebelumnya, pada pengujian konfigurasi overclocking ini, hampir tidak terdapat perbedaan suhu pada saat menggunakan konfigurasi kecepatan fan yang diatur secara AUTO dengan kecepatan maksimum untuk kodisi idle maupun full-Load.















