Review Film X-Men: Apocalypse

Siapa yang tidak kenal dengan X-Men? Pecinta film pastinya mengenal franchise film yang satu ini sejak kemunculan film perdananya di tahun 2000 silam. Kini, sebagai installment terbaru dari seri X-Men layar lebar yang diperbaharui, baik dari segi artis maupun alur kisahnya, X-Men: Apocalypse mengambil waktu tidak lama setelah kejadian di film X-Men: Days of Future Past.
Mutan Pertama di Dunia
Penonton diajak untuk memahami terlebih dahulu tentang apa itu seorang “mutan”. Sosok mutan bisa disebutkan sebagai sosok yang memiliki kemampuan di luar akal manusia biasa, terkadang ditakuti oleh masyarakat luas. Jauh sebelum memasukki timeline utama, X-Men: Apocalypse memperkenalkan seorang mutan yang pertama, terkuat, sekaligus yang ditakuti oleh dunia, En Sabah Nur. Berkuasa di masa Mesir kuno, En Sabah Nur selalu hidup dengan memindahkan kesadarannya ke tubuh mutan yang baru. Tak hanya itu, ia juga bisa menyerap kekuatan dari tubuh mutan yang disinggahinya tersebut untuk perlahan-lahan menjadi mutan dengan kekuatan yang terhingga. Suatu waktu, En Sabah Nur bangkit kembali setelah ribuan tahun lamanya untuk kembali menjadi penguasa kembali di Bumi, tepatnya tahun 1983.

Peringatan akan kehadiran mutan pertama di dunia yang hendak menguasai Bumi tersebut pertama kali diketahui oleh Moira MacTaggert, agen CIA yang mencari informasi terkait tentang mutan yang hidup di jaman sebelum dunia modern. Hal ini juga diketahui oleh salah satu murid muda di sekolah milik Charles Xavier, Jean Grey, di mana ia mendapatkan mimpi buruk atau penglihatan akan masa depan Bumi yang hancur karena kiamat telah dekat.
Motif utama En Sabah Nur cukup jelas dan tidak berubah sejak ia berkuasa dahulu, tetapi kini ia memiliki ketertarikan akan kemampuan Charles Xavier untuk bisa membaca pikiran serta masuk ke dalam pikiran semua orang maupun mutan yang ada di dunia untuk memaksimalkan hasrat kekuasaannya tersebut.
Berbobot di Alur Cerita

Seperti film-film X-Men versi terbaru belakangan ini, X-Men: Apocalypse ini juga lebih menguatkan diri ke dalam bobot ceritanya ketimbang bobot adegan aksinya. Para penonton diajak untuk mengerti latar belakang dari beberapa mutan di dalam film tersebut, termasuk dari sekilas latar belakang The Four Horsemen yang merupakan kaki tangan En Sabah Nur sepanjang film ini. Penggarapan latar belakang dan alasan masing-masing tokoh The Four Horsemen harus diakui terlalu singkat dan buru-buru, dan tidak banyak disorot kecuali di dalam adegan pertarungan sengit antara X-Men muda dengan The Four Horsemen/En Sabah Nur nantinya.
X-Men: Apocalypse juga turut menghadirkan beberapa tokoh dari X-Men: First Class dan X-Men: Days of Future Past ditambah dengan beberapa tokoh baru yang akan menjadi esensi dari sebuah kelompok X-Men untuk masa mendatang. Mungkin kehadiran beragam tokoh baru tersebut terasa dipaksakan dan mau tidak mau penonton harus menelan bulat-bulat semua informasi yang sedikit kelewat banyak tersebut dalam satu film ini, tetapi setidaknya alur akan siapa dan mengapa tokoh-tokoh ini menjadi cukup penting supaya film bisa terus berjalan mengalir cukup baik sepanjang film dan tidak terasa mengganggu. Malahan, kami merasa antusias ketika beberapa tokoh X-Men ini diperkenalkan kembali, walau beberapanya hanya menjadi cameo di dalam X-Men: Apocalypse sekalipun.

Tapi demikian, ada juga beberapa tokoh yang sudah hadir di dua film sebelumnya yang mungkin akan memicu tanda tanya jika belum menonton film X-Men: First Class atau X-Men: Days of Future Past. Tidak ada paksaan maupun informasi membingungkan jika belum menonton kedua film tersebut lebih dulu, tetapi akan menjadi poin utama yang baik jika penonton sudah lebih dulu mengenal dua film tersebut sebelum menonton X-Men: Apocalypse ini.
Film yang Baik atau Buruk?

Animasi serta pendalaman artisnya ke dalam masing-masing tokoh yang diperankan sudah tak diragukan lagi. Lebih halus dari sebelumnya, CGI serta animasi yang hadir dalam X-Men: Apocalypse ini terasa nyata dan mampu memperlihatkan tingkat kehancuran serta kemampuan para mutan di dalam film. Para artis juga telah bekerja keras untuk bisa memberikan tak hanya ekspresi dan emosi setiap karakternya, tetapi juga kejenakaan yang berada di posisi yang tepat dan mampu menghibur penontonnya.
Dengan memiliki tajuk “Apocalypse”, sebenarnya kami mengharapkan sebuah film dengan adegan pertarungan yang sangat sengit dan luar biasa. Musuh utama di dalam film ini diperkenalkan sebagai mutan pertama dan terkuat di dunia, namun nyatanya sepanjang film, tidak diperlihatkan secara total seperti apa tingkat destruktif yang bisa dilakukan oleh En Sabah Nur. Oke, mungkin En Sabah Nur memiliki porsi pertarungannya tersendiri, terutama pertarungan di dalam alam sadar bersama dengan Charles Xavier, akan tetapi kami masih merasa bahwa hal itu kurang menggambarkan betapa seramnya kemampuan yang dimiliki oleh En Sabah Nur.

X-Men: Apocalypse ini mungkin memang lebih menguatkan bobot filmnya kepada alur kisah dan latar belakang masing-masing karakter, tetapi nampaknya hal tersebut masih belum cukup kuat untuk bisa dibawa secara logis akan pilihan serta tindakan para masing-masing karakternya sepanjang film. Hal yang menguat di sini adalah bagaimana film X-Men: Apocalypse hendak memperkenalkan berbagai tokoh barunya sebagai X-Men muda, menggantikan anggota X-Men yang telah kita kenal pada tahun 2000 lalu.
Jadi, apakah film ini pantas ditonton? Bisa iya, dan bisa tidak. Tapi bagi kami, cukup menyegarkan untuk bisa melihat berbagai wajah baru yang memiliki prospek baik untuk ke depannya, dengan harapan film X-Men selanjutnya bisa memperbaiki beberapa aspek yang kami rasa masih kurang memuaskan di dalam X-Men: Apocalypse ini. Dan jangan lupa, jika Anda memutuskan untuk menonton film ini, jangan keluar dulu dan tunggu hingga akhir credit roll untuk melihat teaser film yang akan datang.
Tanggal rilis: 18 Mei 2016 (Indonesia)
Genre: Superhero, action
Durasi: 144 menit
Rating: Remaja (13+)
Sutradara: Bryan Singer
Para pemain: James McAvoy, Michael Fassbender, Jennifer Lawrence, Oscar Isaac, Nicholas Hoult, Rose Byrne, Tye Sheridan, Sophie Turner, Olivia Munn, Lucas Till
Studio: Marvel Entertainment, 20th Century Fox















