ChatGPT Jadi Tren, OpenAI Kok Malah Mau Bangkrut?
Pusat perhatian di dunia kecerdasan buatan (AI) telah tertuju pada dua teknologi canggih, ChatGPT dan Bing Chat, yang didukung oleh teknologi OpenAI. Tapi ditengah kesuksesannya menjadi tren, justru kini ada hal lain yang jadi sorotan. OpenAI disebut-sebut sedang mengalami krisies finansial, dan bahkan diprediksi bakal mengalami kebangkrutan.

Ini tentunya jadi pertanyaan banyak pihak. Mengapa pemilik produk sesukses ChatGPT, yang bahkan juga sudah mendapatkan pendanaan dari raksasa teknologi – Microsoft, bisa berada di ambang kebangkrutan. Lantas dimana letak permasalahannya?
Ongkos Operasional yang Terlampau Besar
Tingginya biaya operasional ChatGPT menjadi salah satu akar masalah ini. OpenAI mengungkap biaya harian operasional dari teknologi ini mencapai angka yang mencengangkan, yakni sekitar $700,000. Hal ini disebabkan oleh biaya penggunaan GPU dari perusahaan seperti NVIDIA yang signifikan.
Untuk mengatasi krisis finansial, OpenAI mencoba mengambil langkah-langkah untuk menghasilkan pendapatan. Salah satunya adalah dengan memonetisasi GPT-3.5 dan GPT-4. Dukungan dari Microsoft dan investor baru juga diharapkan dapat membantu keluar dari situasi sulit ini.
Baca Juga: Amazon Uji Coba Fitur Ulasan yang Diringkas dengan AI Generatif • Jagat Review
Tapi bukan itu saja, ChatGPT juga ditimpa masalah lain yaitu penurunan pengguna ChatGPT. Ini sebesar 12% antara Juni dan Juli menjadi catatan yang cukup mengkhawatirkan. Banyaknya pengguna yang merasa kemampuan ChatGPT belakangan ini menurun, sebagian juga mendapat kebijakan pelarangan penggunaan tools ChatGPT dilingkungan kerja. Disamping itu saat ini juga beberapa layanan Chatbot AI lain mulai bermunculan, dan ini semua menjadi alasan penurunan angka pengguna Chat GPT.
Putar Otak Cari Pendapatan
Untuk mencari monetisasi baru, OpenAI juga mulai menawarkan API ChatGPT untuk disematkan di aplikasi/platform digital, sebagai produk baru. Ini cukup banyak diminati yang semakin diminati perusahaan, yang sebelumnya ragu-ragu mengenai konsep AI. API ini memberikan fleksibilitas kustomisasi tanpa biaya tambahan, menjadi daya tarik tersendiri.
Sementara itu Sam Altman, tokoh di belakang OpenAI, dan perusahaan itu punya pandangan sendiri mengenai tujuan ChatGPT. Altman ingin fokus pada mencapai Kejayaan Kecerdasan Buatan (AGI), di sisi lain OpenAI cenderung lebih fokus pada upaya mencapai profit. Ya, tanpa profit tentunya juga teknologi-teknologi ini tidak akan bisa berkembang, karena butuh modal yang besar.
OpenAI juga berusaha menargetkan keuntungan USD 200 juta di tahun 2023 dan cukup ambisius mencapai USD 1 miliar di tahun 2024. Tapi di saat yang sama, perusahaan terus mengalami kerugian bahkan sudah menggelontorkan pengeluaran mencapai USD 540 juta sejak awal pengembangan chatbot ini.
Kira-kira bagaimana menurut kalian? Apakah nantinya OpenAI bisa tetap bertahan mengembangkan layanan ChatGPT ini?














