Teknologi AI Membantu Pekerjaan Manusia atau Malah Sebaliknya?
Seperti yang kita lihat, teknologi AI (Artificial Intelligence) tengah menjadi sorotan di hampir seluruh dunia saat ini. Brand-brand raksasa hingga startup juga tengah berlomba-lomba untuk menghadirkan AI yang dapat meringankan pekerjaan manusia. Namun di lain sisi, hadirnya teknologi ini juga membuat masyarakat risa. Pasalnya, mereka takut jika pekerjaannya saat ini bakal digantikan oleh teknologi tersebut. Apakah benar demikian?
Teknologi AI Menjadi Beban Masyarakat
Ya, bukannya menolong manusia agar pekerjaannya jadi makin mudah, teknologi ini malah membuat para pekerja menjadi kesusahan dan merasa terbebani. Kesimpulan ini didapatkan dari hasil survei yang dilakukan oleh salah satu platform freelance online terkenal, Upwork. Survei ini sendiri diisi oleh 2.500 pekerja dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Kanada. Para pekerja yang turut andil dalam survei ini terdiri dari eksekutif perusahaan, karyawan full-time dan freelancer.
Hasilnya, ditemukan jika 96% eksekutif berharap jika teknologi AI ini dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Akan tetapi, dari polling yang sama justru menunjukkan jika para pekerja tengah berusaha untuk meningkatkan efisiensi mereka dengan AI tools yang ada saat ini. Studi tersebut juga menuliskan jika 47% karyawan yang menggunakan AI, tidak tahu bagaimana cara mencapai tingkat produktivitas yang diharapkan atasan mereka. Kemudian 77% menyebutkan tools ini justru menjadikan produktivitasnya menurun serta menambah beban kerja mereka.
Baca Juga: Meta Umumkan Llama 3.1, Diklaim Lebih Hebat dari GPT-4o • Jagat Review
Lalu survei tersebut juga menemukan kalau 39% karyawan harus bekerja ekstra untuk memeriksa hasil dari pekerjaan AI. Ini disebabkan oleh hasil dari beberapa chatbot yang terkenal mengada-ada atau “berhalusinasi”. Sementara itu 21% responden mengatakan kalau mereka juga harus menghabiskan waktu ekstra untuk mempelajari tools yang sama.
Selain itu Upwork juga menyebutkan, 40% karyawan merasa kalau perusahaannya jadi meminta lebih saat teknologi AI itu muncul. Dampaknya, 71% karyawan full-time jadi kelelahan, dan 65% kesulitan dengan tuntutan atasannya. Bahkan 1 dari 3 karyawan mengatakan, mereka kemungkinan bakal mengundurkan diri dari pekerjaannya dalam kurun waktu 6 bulan ke depan dengan alasan kelelahan atau terlalu banyak bekerja.
Jika melihat hasil survei yang dilakukan Upwork ini, bisa dikatakan jika teknologi AI ini seperti sebuah pedang yang bermata dua. Meskipun dapat mengoptimalkan beberapa proses, namun ini juga berdampak pada pekerjaan yang makin bertambah. Mirip juga seperti email yang dapat membuat pengguna lebih mudah dalam menerima pesan, namun juga pusing dengan inbox yang berlebihan. Belum lagi email spam yang ga jelas asalnya dari mana.














