Arm Sebut Pembatasan Ekspor Chip AI Rugikan Industri
CEO Arm, Rene Haas, menyebut bahwa pembatasan ekspor Chip AI ke Tiongkok dinilai bakal menghambat kemajuan teknologi secara global dan menyulitkan konsumen serta pelaku industri. Ini sejalan dengan sikap NVIDIA terkait kebijakan ekspor semikonduktor dari Amerika Serikat ke Tiongkok.

Menurut Haas, langkah untuk mempersempit akses teknologi hanya akan memperkecil peluang dan memperlambat pertumbuhan ekosistem inovasi. Ia juga menyoroti posisi Arm yang memiliki kehadiran cukup besar di pasar Tiongkok, sehingga kebijakan ini menjadi perhatian serius bagi perusahaannya.
NVIDIA Kena Dampak Besar Gara-Gara Pembatasan Ekspor Chip AI
Sebelumnya, NVIDIA telah merasakan langsung dampak pembatasan ekspor yang diberlakukan sejak April lalu. Perusahaan harus melepas potensi pendapatan miliaran dolar karena tidak lagi bisa mengirimkan chip pusat data mereka ke Tiongkok. NVIDIA bahkan menilai kebijakan tersebut justru memberi ruang bagi pesaing seperti Huawei untuk tumbuh lebih cepat.
Haas menilai situasi ini tidak menguntungkan siapa pun. Dengan akses yang terbatas, pesaing dari luar Amerika justru terdorong untuk membangun solusi mereka sendiri. Hal ini berpotensi mengurangi dominasi teknologi dari perusahaan-perusahaan asal AS dan pada akhirnya bisa mengubah keseimbangan kekuatan di sektor semikonduktor global.
Baca Juga: Copilot Vision Mulai Tersedia di Windows 10 dan 11, Ini Fungsinya!
Dalam beberapa waktu terakhir, Haas intens melakukan komunikasi dengan para pengambil kebijakan di Washington. Ia menganggap pentingnya dialog langsung dengan pemerintah untuk memastikan kepentingan industri tetap terdengar di tengah ketegangan geopolitik yang makin mempengaruhi arah teknologi.
Di saat yang sama, CEO NVIDIA juga telah menyuarakan kekhawatiran bahwa larangan ekspor semacam ini hanya akan mempercepat pertumbuhan teknologi buatan Tiongkok, bukan memperlambatnya. Huawei, misalnya, disebut-sebut bisa mengambil keuntungan dari ketidakhadiran produk-produk AI asal Amerika di pasar domestik mereka.
Banyaknya pelaku industri yang menyampaikan pandangan kritis, tentunya kebijakan ekspor teknologi Amerika kini berada di bawah sorotan. Apakah suara-suara ini cukup untuk mengubah pendekatan pemerintah, atau justru akan memicu pembatasan yang lebih luas?















