Cisco Rilis AI Readiness Index 2025 dan Kenalkan Perusahaan “Pacesetters”, Apa Itu?
Tepat tanggal 15 Oktober 2025, Cisco sebagai perusahaan teknologi yang terkenal di bidang jaringan dan keamanan merilis AI Readiness Index tahunan yang ketiga. Dalam penilaian kesiapan AI kali ini, Cisco memperkenalkan “Pacesetters”, perusahaan dengan tingkat kesiapan AI yang sangat tinggi. Selain itu, Cisco juga memperkenalkan konsep baru bernama AI Infrastructure Debt.

Tahun ini, survei diadakan terhadap lebih dari 8.000 perusahaan pemimpin AI dari 30 negara dan dari berbagai sektor untuk mengukur AI Readiness Index. Setelah melakukan survei, hanya 23 persen perusahaan di Indonesia yang masuk ke dalam kelompok Pacesetters. Salah satu pertanyaan besar yang mungkin muncul adalah perusahaan seperti apa yang masuk dalam kategori Pacesetters?
Menurut Cisco, Pacesetters adalah perusahaan-perusahaan yang sudah siap untuk memanfaatkan AI dalam skala besar. Pacesetter menjadikan AI sebagai bagian dari bisnis dengan roadmap AI yang jelas dan sebagian besar menjadikannya prioritas investasi paling tinggi. Selain itu, para Pacesetters juga siap menggunakan AI untuk produksi dan sudah punya infrastruktur yang siap untuk menjalankan AI.

Menurut survei, para Pacesetters menunjukkan berbagai keunggulan dari perusahaan biasa. Di tingkat global, 90 persen mengaku kalau penggunaan AI bisa meningkatkan keuntungan, produktivitas, dan inovasi. Di Indonesia, 81 persen Pacesetters juga mengungkapkan hal serupa.
Menurut Cisco, hampir seluruh organisasi di Indonesia tertarik untuk menggunakan agentic AI, dengan 45 persen ingin agar agentic AI bisa bekerja berdampingan dengan karyawan. Meski begitu, banyak dari mereka yang belum siap secara infrastruktur untuk mengadopsi agentic AI. Tentunya, ini bukan jadi masalah untuk para Pacesetters.
Cisco Turut Perkenalkan Konsep AI infrastructure Debt
Selain memperkenalkan Pacesetters, Cisco juga memperkenalkan AI Infrastructure Debt, berbagai masalah yang menghambat penggunaan AI. Masalah seperti beban kerja yang meningkat, kesulitan pemusatan data, kurangnya kapasitas GPU, dan ketidakmampuan mencegah serangan keamanan jadi pertanda awal perusahaan mengalami AI Infrastructure Debt. Lagi-lagi, survei menunjukkan para Pacesetters lebih baik dalam mencegah masalah ini.
Kira-kira, perusahaan Indonesia apa saja ya yang termasuk sebagai Pacesetters?













