Hasil Riset: Jawaban AI Soal Berita, 45% Ngaco!
Baru-baru ini, BBC bersama 22 lembaga media publik di 18 negara membuat riset tentang jawaban AI, terkait informasi yang berasal dari jurnalisti, dan mengungkap satu hal penting. Ternyata chatbot AI masih sering salah dalam menyampaikan berita, dimana sekitar 45%, tanggapan mereka terhadap artikel jurnalistik ternyata berisi kekeliruan.

Kesalahan-kesalahan Jawaban AI Soal Berita
Dalam pengujian ini, berbagai chatbot generatif dari OpenAI, Google, dan Microsoft diberi akses ke konten berita dari media publik. Hasilnya cukup mengkhawatirkan, kaerna banyak jawaban AI yang berisi kalimat tidak akurat, kutipan keliru, hingga informasi yang sudah tidak relevan lagi.
Yang paling sering terjadi adalah kesalahan sumber. Chatbot kerap memberikan tautan yang tidak sesuai dengan berita yang dikutip, bahkan kadang mencampuradukkan opini dan fakta. Dalam beberapa kasus, chatbot juga gagal mengenali perbedaan antara artikel satire dan berita asli.
Kesalahan serupa juga muncul saat chatbot menjawab pertanyaan tentang tokoh publik. Beberapa sistem seperti ChatGPT, Copilot, dan Gemini misalnya, masih menyebut Paus Fransiskus sebagai pemimpin gereja Katolik padahal sudah digantikan oleh Leo XIV. Ada pula chatbot yang menyebut nama kanselir Jerman dan Sekretaris Jenderal NATO versi lama.
Tapi ada fakta menarik lainnya dari riset tersebut. Disebutkan bahwa 1 dari 3 orang dewasa di wilayah Britania, dan hampir setengahnya berusia di bawah 35 tahun, mempercayai jawaban AI untuk hasil merangkum isi berita. Selain itu sekitar 42% orang dewasa, akan menyalahkan jawaban AI beserta sumbernya, kalau hasil dari jawaban AI tersebut ternyata tidak akurat. Ini tentunya berdampak bagi situs berita itu sendiri.
Meski pengembang terus berupaya memperbaiki akurasi dan mengurangi “halusinasi” informasi, studi ini menunjukkan pekerjaan mereka belum selesai. Apalagi, dengan semakin banyaknya platform yang mendorong pengguna berinteraksi lewat chatbot, kesalahan semacam ini bisa berdampak besar pada persepsi publik terhadap kebenaran informasi.
Bagaimana menurut kalian, apakah chatbot generatif sudah cukup bisa dipercaya untuk menggantikan cara kita membaca berita?

















