Ya, AI Makin Canggih, Tapi Kehabisan Energi
AI memang berkembang dengan kecepatan luar biasa. Model makin canggih, performa makin efisien, dan GPU yang dulunya langka kini berlimpah. Tapi di balik semua kemajuan itu, ada krisis baru yang mulai teras. Bukan soal komputasi, melainkan daya listrik.
Dalam wawancara di kanal YouTube BG2 Pod, CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan bahwa masalah terbesar industri AI saat ini bukan kekurangan chip, melainkan kekurangan daya untuk menyalakan GPU yang sudah dimiliki.

Menurutnya, sebagian unit GPU bahkan belum bisa digunakan karena tidak ada cukup pasokan listrik di pusat data. Nadella menjelaskan bahwa banyak data center Microsoft sebenarnya sudah siap secara fisik, tetapi belum tersambung ke sumber energi yang memadai.
Fenomena ini muncul setelah NVIDIA berhasil menstabilkan suplai GPU global, menandai pergeseran masalah dari perangkat keras ke infrastruktur energi. Beberapa perusahaan besar kini bahkan mulai meneliti penggunaan reaktor nuklir modular kecil sebagai alternatif untuk menjaga pasokan daya pusat data.
Masalah energi ini tidak hanya berdampak ke industri AI. Di Amerika Serikat, lonjakan konsumsi listrik dari data center menyebabkan tagihan energi rumah tangga ikut meningkat tajam.
OpenAI bahkan menyerukan pemerintah AS untuk membangun kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 100 gigawatt setiap tahun. Ini dianggap penting supaya Amerika bisa bersaing dengan China, yang dinilai sudah lebih dulu unggul dalam infrastruktur tenaga air dan nuklir.
AI Masa Depan Bakal Lebih Hemat Daya?
Namun, di tengah krisis daya itu, CEO OpenAI Sam Altman menyinggung arah lain yang mungkin justru membalik keadaan. Ia membayangkan masa depan di mana perangkat konsumen bisa menjalankan model sekelas GPT-5 atau GPT-6 secara lokal dengan daya rendah. Jika itu terjadi, permintaan untuk pusat data besar bisa anjlok drastis.
Bagi perusahaan yang kini menginvestasikan miliaran dolar untuk membangun data center AI, hal ini bisa jadi ancaman baru. Sebab, kemajuan semikonduktor yang memungkinkan AI berjalan di perangkat pribadi dapat mengubah seluruh ekosistem industri ini.
Para analis memperingatkan, bila tren itu benar-benar terjadi, gelembung AI bisa pecah lebih cepat dari perkiraan. Dan dampaknya bisa menjalar ke sektor lain dengan nilai pasar yang terancam hingga 20 triliun dolar.
Kemajuan AI memang luar biasa, tapi apakah dunia siap membayar harganya dalam bentuk krisis energi?













