Tanda Tanya (?): Masihkah Perbedaan Dihormati dan Menjadi Kebanggaan Bangsa ini?
Keberbedaan etnis dan agama di Indonesia sudah ada bahkan sejak negara ini belum resmi terbentuk. Keberagaman suku, agama, dan ras menjadi daya tarik tersendiri dan ciri khas yang melekat di tubuh Indonesia. Untuk mempertahankan kedamaian dan keselarasan di antara perbedaan tersebut, sejak kecil kita dicekoki pelajaran P4, PMP, PPKN, atau nama lainnya mengenai sikap toleransi, saling menghormati, dan gotong-royong. Hal inilah yang ingin “disentil” oleh Hanung Bramantyo: Masihkah kita peduli dengan perbedaan yang dahulu menjadi salah satu kebanggaan kita?

Tanda Tanya bercerita mengenai tiga keluarga dengan permasalahannya. Keluarga Tan Kat Sun (Henky Solaiman) yang memiliki sebuah restoran China yang menghormati agama lain dengan menyediakan menu selain babi dan memisahkan peralatan masak yang digunakan untuk mengolah masakan babi dan nonbabi; keluarga Soleh (Reza Rahardian) yang memiliki istri yang cantik dan soleha bernama Menuk (Revalina S. Temat) yang tetap setia kepada suaminya walaupun suaminya tidak bekerja; dan keluarga kecil Rika (Endhita), seorang janda beranak satu yang memutuskan untuk keluar dari Islam karena tidak setuju dengan poligami yang dilakukan mantan suaminya.
Masing-masing keluarga mengalami konflik dengan masyarakat di sekitarnya yang berkaitan dengan perbedaan pandangan, status, agama, dan suku. Keberbedaan yang terjadi di antara mereka menuntut mereka untuk bertahan dan berusaha menjaga perbedaan tersebut. Di sini, tiap karakter juga mengalami konflik batin dan perubahan-perubahan yang sentimental karena berkaitan dengan pandangan masyarakat.

Misalnya, keputusan Rika untuk pindah agama menjadi Katolik yang membuatnya dihujat murtad dan kafir oleh tetangga-tetangganya. Ada pula tokoh Surya (Agus Kuncoro), seorang santri yang berprofesi sebagai aktor amatir yang seumur hidupnya menjadi figuran, mendapatkan peran utama pertamanya sebagai Yesus Kristus di pementasan Paskah di gereja setempat. Tokoh lainnya, Hendra (Rio Dewanto), anak Tan Kat Sun, merasakan amarah membuncah terhadap orang Islam karena masa lalunya yang gagal bersama Menuk dan karena perlakuan orang-orang sekitarnya yang selalu mengolok-oloknya sebagai “China”. Penolakan, perdebatan, perselisihan mengenai hal-hal semacam ini memang ada di kehidupan nyata dan Hanung Bramantyo menggambarkannya dengan sangat natural dan cantik sekali.
Banyak kisah dan konflik menarik yang dibeberkan Hanung di film ini. Jika saya jabarkan semuanya, Anda tidak akan mendapatkan kejutan saat menyaksikan film ini sendiri. Uniknya, film ini tidak mempunyai satu atau dua tokoh utama. Seluruh tokoh mendapatkan porsi yang sama karena tiap karakter memiliki kekuatannya masing-masing.

Pemilihan judul “(?)” untuk film ini menggelitik sejumlah pihak. Ketika ditanya mengenai pemilihan judul tersebut, Hanung berujar, “Judul tepat seperti apa yang bisa saya berikan untuk film yang bercerita mengenai pluralitas bangsa ini? Hal-hal seperti ini masih menjadi sesuatu yang sensitif. Jika saya salah membuat judul, akan ada pihak-pihak yang bereaksi. Jadi, saya mengembalikan kepada penonton untuk mengapresiasi film ini dan menyimpulkan makna di balik cerita yang dikisahkannya”. Kisah yang disuguhkan Hanung di film ini merupakan cerita paling berani dan paling gamblang yang pernah ada. Namun begitu, Hanung tidak takut akan reaksi negatif masyarakat atas karyanya ini. Menurutnya, seluruh cerita dan tokoh yang ada di film ini merupakan peristiwa yang memang benar-benar pernah terjadi di kehidupan nyata. Potongan-potongan peristiwa tersebut ia kemas ke dalam satu kesatuan yang sangat menarik untuk diikuti.
Sungguh, film ini adalah salah satu film yang patut ditonton tahun ini. Jika di review sebelumnya mengenai film Tebus, saya melayangkan pujian karena ketotalitasan pemeran maupun kru produksi-nya, untuk film ini saya nyaris tidak dapat berkomentar selain “sempurna”. Teruslah berkarya, Mas Hanung! Semoga film kali ini dapat lolos di FFI 2011! 🙂
Rilis:
7 April 2011
Genre:
Drama
Durasi:
100 menit
Sutradara:
Hanung Bramantyo
Pemain:
Revalina S. Temat, Agus Kuncoro, Reza Rahardian, Henky Solaiman, Rio Dewanto, Endhita
Studio:
Dapur Films dan Mahaka Pictures


















