Manusia Masih Unggul Dari AI di Kompetisi Programmer
Kompetisi pemrograman tingkat dunia berhasil dimenangkan manusia. Dalam ajang AtCoder World Tour Finals 2025 yang berlangsung di Tokyo, programmer asal Polandia, Przemysław Dębiak, menempati posisi teratas, mengalahkan model AI buatan OpenAI yang finis di urutan kedua.
Kategori yang diikuti adalah Heuristic Contest, sebuah tantangan yang mengharuskan peserta menulis kode untuk menggerakkan robot melintasi grid 30×30 seefisien mungkin. Dębiak bekerja selama sepuluh jam penuh tanpa bantuan teknologi AI. Ia hanya menggunakan Visual Studio Code dan fitur penyelesaian otomatis bawaan untuk mempercepat bagian yang berulang.
Hampir Kalah dari AI
AI dari OpenAI sempat tampil kuat, namun hasil akhir menunjukkan selisih yang cukup mencolok. Selisih skor yang awalnya 5,5 persen melebar menjadi 9,5 persen setelah evaluasi resmi. Dębiak membagikan hasil tersebut di media sosial setelah diumumkan.
Menurut penyelenggara, model AI tampil solid dibanding peserta lain dengan cara kerja serupa. Namun Dębiak menyusun solusi yang jauh berbeda dan ternyata lebih efektif. Itulah yang membuatnya melampaui AI, bukan karena kecepatan, tetapi karena arah yang ia pilih saat menyusun strategi.
Baca Juga: Windows 11 Uji Fitur “Shared Audio”, Putar Suara ke Banyak Speaker Sekaligus • Jagat Review
Dębiak baru mengetahui bahwa AI dari OpenAI ikut berlaga satu minggu sebelum pertandingan dimulai. Ia terbang dari Warsawa ke Tokyo dan hanya sempat tidur sepuluh jam dalam tiga hari. Meski begitu, ia tetap mampu menjaga fokus hingga akhir kompetisi.
AI vs Manusia, Siapa Menang?
AI dikenal unggul dalam tugas-tugas yang membutuhkan perhitungan cepat dan penerapan algoritma secara langsung. Tapi untuk kontes panjang yang membutuhkan kreativitas sejak awal dan kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi yang terus berubah, manusia masih bisa unggul.
Dalam kasus ini, manusia menang bukan karena lebih cepat, tapi karena mampu melihat jalur solusi yang tidak dipertimbangkan oleh mesin. Keberhasilan ini bukan jaminan mutlak di masa depan, namun memberi pengingat bahwa kreativitas dan intuisi masih punya tempat dalam dunia pemrograman.
Apalagi, perlu diketahui bahwa AI pun hanya bisa mengerjakan sesuatu, selama model pembelajarannya disediakan, yang mana ini berasal dari manusia sendiri. Jadi AI, sekali lagi hanyalah alat bantu mempercepat pekerjaan manusia.














